Perilaku Unic Para Pemudik Di Kampung Halaman

Warungasep – Seumur hidup saya gak pernah mudik, soalnya emang mau mudik kemana? Kan saya tinggal di kampung, jadi bagaikan para pemudik itu adalah para Muhajirin, nah saya berperan sebagai Anshornya, hehe… 😀

Dinegara kita, mudik merupakan sebuah tradisi tahunan, Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Pemirsa Kata mudik berasal dari sandi kata bahasa Jawa ngoko yaitu MUlih DiliK yang berarti pulang sebentar. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua dan kerabat lainnya.

Walaupun saya gak pernah merasakan bagaimana rasanya melakukan aktifitas mudik, tapi disini setidaknya kebagian bagaimana rasanya macet dari para pemudik yang melalui Jalur selatan tampat tinggal saya yaitu daerah Tasikmalaya.

Berikut ini adalah dampak dari Mudik yang menjadikannya sebuah fenomena unik dadakan setahun sekali.

  • Macet

    Jalan dikotaku yang biasanya relatif lengang, sekarang mendadak dipenuhi kendaraan plat nomor luar daerah.
    Bermacam-macam jenis dan bentuk kendaraan saya temui, dan yang paling berkesan adalah ketemu kendaraan unik yang jarang ditemui di daerah yaitu, Bajai Oren wkwkwkw… Wah jadi kayak di Jakarta deh…
  • Kecelakaan
    Hal ini tentu sangat tidak diharapkan oleh siapun, tapi ya walaupun pihak yang berwenang terutama Polisi dan instansi lain berusaha meminimalisir, tapi tetap saja dalam fenomena mudik identik dengan kecelakaan, tentu banyak faktor yang menyebabkannya.
    Tapi terkadang, insiden kecil seperti motor senggolan, atau baret-baret menjadikannya sensasi tersendiri dalam aktifitas ini, dan anehnya mereka gak kapok, malah ketagihan??? Waduh… 😀

  • Memberikan dampak postif bagi pedagang pinggir jalan
    Tak dipungkiri jika disaat seperti ini merupakan kesempatan bagi pedagang yang dilewati para pemudik untuk berniaga, menjadikannya sebuah simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antra pedagang dan pembeli yaitu para pemudik tersebut. Namun sayang Warungasep saat ini tidak bisa memanfaatkan kesempatan tersebut, karena lagi ada kesibukan lain, wew… 😀

Sebenarnya saya ini juga melakukan mudik, cuma jaraknya sekitar 10 Km, jadi gk pantes di sebut mudik, jadi disebutnya pulang kampung aja, soalnya ya deket dan masih satu daerah,wkwkw…

Pemirsa, anda berperan sebagai pemudik atau orang yang dikunjungi para pemudik?
Atau apa ya disebutnya, ya sebut saja orang pribumi( kalo orang kampung, pasti gak mau wkwkwkw 😀 )

Saya berperan sebagai orang yang dikunjungi pemudik, nah saya akan berbagi cerita, tentang apa saja sih yang dilakukan para pemudik di kampungnya? Berikut diantaranya:

1.Sholat I’ed
Selain bersilaturahmi, para pemudik, tentunya berharap untuk bisa melakukan sholat I’ed di kampung, nah hal ini merupakan kesempatan buat ketemu seluruh kerabat dan teman dan sodara karena mereka berkumpul waktu sholat Ied di lapangan atau di masjid.

2.Ajang Pamer
Ini sebenarnya gak etis untuk disebut, tapi mau gimana lagi memang kenyataannya begitu?
Betul tidak??
Tapi memang tidak semuanya tidak seperti itu, ya kan?

Nah pada pada saat di kampung, mereka biasanya menunjukan bagaimana identitas mereka, dan menunjukan inilah hasil kerja saya di kota besar, dan merasa lebih baik dari orang pribumi. Mereka biasanya pamer:

  • Kendaraan baru.
    motor atau mobil baru, entah kreadit, atau rentalan ada pula yang beli cash, dan hal ini membuat para orang kampung menilai “wah hebat ya” dan itulah yang para pemudik harapkan,hehehe…
  • Gatget Canggih
    Hal ini terkadang merupakan identitas orang yang berpendidikan, yang telah sukses di ibukota, tapi jangan salah orang kampung juga kini melek teknologi, jadi jangan heran disini para petani juga udah kenal Blacberry dan Androaid, wow…

  • Pamer warna kulit.
    hahaha… Hal ini biasanya dilakukan orang yang baru pertama kali merantau, dan baru pertama mudik, dan menunjukan bahwa setelah tinggal di Kota, warna kulitnya berubah, wkwkw…

  • 3.Mengajak pindah ke kota
    nah inilah pemirsa racun nya, inilah mengapa arus urbanisasi semakin besar, karena apa?
    Ya karena semua faktor yang saya sebutkan diatas.

    Orang pribumi memandang jika mereka pindah dan tinggal di kota, terutama orang miskin berpikir bisa merubah nasib menjadi lebih baik. Padahal belum tentu, makanya mereka banyak yang nekat pergi, dan akhirnya, ita bisa tahu bagaimana kondisi kota besar terutama Jakarta saat ini.

    Nah begitulah pemirsa, cerita saya sebagai Orang Kampung, anda sebagai pemudik mana ceritanya, ayo share disini???

    Buat para pemudik yang lewat jalur selatan, hati-hati daerah Tasikmalaya hujan.
    Semoga berguna

    28 Comments

    1. Hayang mudik numpak motor tp yuswa na eta motor sy tos 5 taun, asa palalaur dijalan na, mana starter na tos error, kedah digenjot wae ngahirupan nana, mun riding kahujanan gas na sok narik wae pas dilepas,…….waktos na gentos motor jigana mah……… #hayang “meuli” nu sport tp apa daya kuat na nyicil bebek.

    Silahkan Berkomentar Dengan Bijak!